Sengaja kutulis cerita pribadiku selama dua hari ini. Sebagai pengingat jika esok hari aku lupa. Pengalaman yang membuat diri ini merasa sangat malu.
Kemarin, sekitar jam 10 pagi aku datang ke rumah seorang Ibu muda untuk mengantarkan titipan sebuah bingkisan. Seperti semacam kado berisi baju. Begitu aku sampai di depan pintu yang terbuka, kuucapkan salam. Tak kudengar jawaban. Kuucapkan lagi salam yang ke dua, kali ini terdengar jawaban. disusul kata-kata yang tak jelas dari seorang perempuan. Dari ucapan itu terdengar sperti orang yang sedang tidur. Tak ada seorangpun yang keluar. Dari pada bingung nunggu sambil jelalatan kayak maling, aku duduk di kursi yang tepat berada di depan pintu itu, sambil memainkan jariku menyentuh gadget made in China ini. (Mungkin 31 tahun lagi ada yang made in Java. Mudah-mudahan).
Hampir 10 menit aku menunggu, tak ada seorangpun keluar ke luar (Metu meng njaba). #pembaca_bingung_kayane. Sambil berfikir penuh keheranan, kucoba berdiri lagi di depan pintu itu seraya ucapkan salam. Kali ini dengan volume lebih keras (Emangnya speaker?). Ada jawaban salam. kutunggu sejenak. "loh? kok ini orang ga keluar? Dasar, orang aneh. ada tamu bukannya keluar temui malah dikerjain. Emang gue pembantunya pa?". Yah, dengan hati meluntab-luntab aku cabut dari rumah itu. Kesel, marah, su'udzon dah pokoknya.
Esoknya, (tadi) sekitar jam 1 siang. Kudatangi lagi rumah itu. Berhubung ini amanah untuk menyampaikan barang milik ibu muda itu. Dengan rasa yang bergejolak, antara enggan bercampur rasa tanggung jawab, kucoba lagi apa yang kulakukan seperti hujan kemarin. #eh? kok hujan? hari maksudku. haha... yah, 1 kali salam. Lagi, suara seorang perempuan menjawab salamku. Menyusul kemudian ada suara kaca diketuk-ketuk. Dan benar, di balik kaca itu tampak seorang perempuan. Tapi bukan ibu muda yang kumaksud. Bukan pula Ibu tua yang kadang kujumpai di luar rumah. Melainkan seorang nenek.
Deg...!!! Hatiku kaget bercampur malu. Bergegas aku masuk rumah itu dan kutemui nenek itu. dengan muka malu aku bicara dengan beliau. Dan menitipkan bingkisan itu untuk cucunya. Sambil keluar aku berfikir, menyesal, kemarin aku begitu su'udzon, kesal. Apa pantas? aku marah sama seorang nenek tua renta yang sedang sakit. Terbaring di sebuah dipan, sendirian.
Oh, Tuhan... Begitu hina diri ini. Begitu busuk hati ini.
Berharap ampunanNya menghapus noda ini.
Yah, inilah aku
Jiwa penuh dosa
Hati berselimut prasangka
Merasa selalu benar
Menyimpan benci dan dendam
Mungkin bagi yang membaca ini ga penting. Tapi inilah sedikit pengalaman. Sebagai pengingat, khususnya untuk diri saya sendiri. Syukur-syukur bisa jadi pengingat untuk anda yang sudi membaca tulisan #ngawur ini.
Semoga bisa memberikan sedikit inspirasi hati.
Sugeng ndalu, Gusti mberkati.
Author : Soulmate