Searching...
Selasa, 27 Agustus 2013
04.26

Parak Ikan Festival Serayu Banjarnegara 2013

BANJARNEGARA, Kegiatan inti Festival Serayu Banjarnegara (FSB) yakni parak iwak akan dimulai, Senin (26/8) hari ini. Ritual kegiatan ini dimulai dari pengambilan ikan pada tujuh telaga di dataran tinggi Dieng dan dimasukan ke dalam tujuh kendi, ikan-ikan ini diarak dari Dieng menuju tepi Sungai Serayu. Di sepanjang jalan, arak-arakan ini disambut warga masyarakat dengan pagelaran seni rakyat di setiap kecamatan, mulai Kecamatan Batur, Wanayasa, Karangkobar, Banjarmangu, dan Madukara.

“Paginya (Selasa, 27/8), ikan diarak oleh pasangan tokoh Bima dan Arimbi menuju tepian Sungai Serayu di Desa Singamerta, Kecamatan Sigaluh. Ratusan tenong yang dibawa ibu-ibu dari Madukara mengikuti iringin-iringan kirab. Kendi berisi ikan diserahkan kepada Menteri Kelautan dan Perikanan serta Bupati Banjarnegara untuk diterbarkan ke sungai. Begitu ikan-ikan selesai ditebarkan, ribuan pengunjung terjun ke sungai untuk melakukan parak iwak atau mencari ikan,” kata Achmad Aziz, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banjarnegara.
Setelah parak, para wisatawan dan pengunjung langsung makan bersama, dalam kegiatan itu panitia sudah menyiapkan makanan yang dimasukan dalam tenong. “Satu tenong berisi 10 takir, jadi akan ada sekitar 77 ribu takir yang dikepung warga untuk makan bersama,” katanya.
Ketua panitia FSB 2013 yang juga Wakil Bupati Banjarnegara Hadi Supeno mengatakan, pesta parak iwak sebagai satu bentuk penyadaran masyarakat bahwa kita harus memperlakukan Sungai Serayu dengan lebih baik lagi. Pesan lain adalah agar masyarakat sungai tidak hanya mengambil isi dari sungai, tetapi ikut merawat dan melestarikan keberadaan sungai.
Ke depan, kata dia, Sungai Serayu akan menjadi simpul pembangunan kebudayaan dan pariwisata. Sungai harus menjadi pusat peradaban, dari sungailah kehidupan menjadi mudah dibangun, karena sungai telah memberikan air untuk minum dan mengaliri sawah-sawah, menghasilkan listrik, menghasilkan ikan, tradisi, pemandangan indah, dan sebagainya.
“Tingkat peradaban suatu masyarakat bisa dilihat dari bagaimana kita merawat sungai. Kalau sungai hanya untuk membuang limbah dan sampah, bisa dipastikan peradaban masyarakat itu masih rendah. Tetapi kalau sungai menjadi sumber kehidupan yang bening, bersih, dan lembahnya hijau, itu berarti masyarakatnya telah maju. Itulah mengapa Pemda Banjarnegara sedang membangun pariwisata berbasis sungai,” katanya.

sumber : Satelitpos
 
Back to top!